Pengalaman Naik Bus ALS Ke Medan, 67 jam Menjelajah Sumatera (Part 2)
Akhirnya Tiba di Kotanopan, Mandailing Natal
Ibukota Kabupaten Mandailing Natal ini terkenal jadi markas utama dari bus ALS. Ya, disini banyak keluarga besar pemilik bus ALS yang memang merupakan menjadi kebanggaan masyarakat Mandailing dan Sumatra Utara. Disini supir kedua yang mengemudi bus ini berjalan dengan kecepatan santai sambil sesekali menyapa beberapa orang atau kumpulan warga yang sedang duduk santai menikmati sore hari di teras rumah, sepertinya memang itu anggota keluarganya hehehe. Kotanopan yang memiliki keunikan di alat transportasi becak vespanya ini memang nikmat suasananya, namun masih tersisa satu masalah yaitu jalan longsor yang berada di tepian sungai Batang Gadis Kotanopan.
Ya, ini adalah klimaks dari perjalanan saya dengan bus ALS ini. melewati tepian sungai Batang Gadis ini melewati jalan yang belum lama ini putus diterjang banjir bandang dan sementara ditimbun oleh tanah agar akses menuju arah Panyabungan tidak putus total. bus disini bergerak perlahan dan mengayun kanan kiri. Ditambah karena baru saja hujan, tanah yang dilewati otomatis menjadi lumpur dengan resiko longsor kebawah masih begitu besar. Dibawah mengalir sungai yang begitu derasnya membuat merinding disko, andai kebalik bisa hanyut disungai hahaha.
Baca Juga :
Sejarah Bus Antar Lintas Sumatera (ALS), Legenda Dan Pelopor Bus Jarak Jauh Di Indonesia
Perjalanan berlanjut, ini adalah magrib terakhir penulis dalam perjalanan. Menuju Panyabungan dari Kotanopan jalurnya tidak begitu menantang seperti sebelumnya, lebih dominan lurus walau tetap melewati perbukitan. Sampai di Panyabungan jam 8 malam setelah makan terakhir di Danau Singkarak jam 9-10 pagi dan berhenti singgah jam 12 siang di Bukittinggi, baru kembali makan di RM daerah Panyabungan ini.
Harga makanan tetap serupa, dan masakannya lebih enak di Panyabungan ini. Disini akhirnya diberi kabar bahwa bus ALS 358 ini akan mengambil rute memutar lewat Sibolga dari Padang Sidempuan nanti karena di Aek Latong kondisi jalannya sedang parah sekali. Ya memang proyek abadi sih ini perbaikan jalan di Aek Latong dan Batu Jomba ini karena struktur tanahnya yang mudah bergerak.
Jam 9 malam bus kembali berjalan dari Panyabungan menuju Sidempuan, perut penulis sedikit kembung jadi ngga bisa makan banyak. Sambil berharap sekitar jam 2 pagi nanti sudah tiba di tarutung untuk kembali makan. Melewati lintas Panyabungan – Siabu – Sidempuan, bus berjalan santai ditangan driver 1. Suasananya sangat ramai bahkan ada banyak pengajian disini. Ya di lintas Panyabungan hingga Padang Sidempuan ini banyak Pondok Pesantren besar.
Masyarakatnya Tapanuli Selatan dan Mandailing Natal inipun sudah terkenal akan ketaatan beragama islamnya yang kuat di Sumatra Utara. Jam setengah 11 malam bus akhirnya tiba di Padang Sidempuan. Disini banyak yang mengakhiri perjalanannya setelah menempuh waktu selama 3 malam 2 hari dari Jakarta. Otomatis bus ALS yang penulis naiki ini dari Padang Sidempuan hingga ke Medan nanti hanya diisi beberapa orang saja.
Bus berangkat jam 11 malam setelah menurunkan penumpang dan sejenak istirahat di Padang Sidempuan. Mulai dipacu melewati jalanan yang semakin menyempit dan kondisinya buruk di Batang Toru mengarah ke Sibolga. Alunan lagu kenangan pun diputar oleh supir pertama yang memang sudah senior ini. Ah ini baru terasa pas dengan perjalanannya, setelah sepanjang hari bus dibawa oleh supir kedua yang masih muda terus menerus memutar lagu dangdut mix koplo kekinian yang tidak enak didengar dan sedikit merusak moral liriknya.
Jalanan menuju Sibolga dari Padang Sidempuan ini sangat sempit, namun karena sepi bus bisa dipacu dengan kecepatan sedang meliuk – liuk diantara tikungan khas trek pegunungan. Perjalanan menuju Sibolga ditempuh sekitar 2-3 jam dan sesekali saya merekam momen perjalanan bersamaan dengan kantuk berat yang makin menyerang. akhirnya saat sudah masuk Kota Sibolga saya mulai tertidur. Hendak mengabadikan momen saat melewati terowongan alami terkenal yaitu batu lobang jadi ngga tercapai. Tapi kabarnya, bus ini tidak melewati rute Sibolga – Tarutung melalui batu lobang, melainkan melewati rute jalan baru yang lebih cepat.
- Anak Muda!! Ayo Bangun Karier di Otomotif dengan Ikut Tekiro Mechanic Competition 2025
- Scoopy Terbaru MY 2025 Meluncur Di Jawa Barat, Berikut Harga OTR nya
- AHM Hadirkan New Honda Scoopy 2025, Banyak Yang Berubah
- Impresi Pertama Mencoba Honda BeAT Street 2024, Pake Velg 12 Inch!
- All New Honda BeAT Hadir Di Bandung, Berikut Harganya
- Honda Rebel 1100 : AHM Rilis Di Indonesia, Harga Dibawah 400 Jutaan!
- Harga Dan Spesifikasi Yamaha All New Nmax Neo & Nmax Turbo
- Miyor, Pendobrak Tradisi Bus Sumbar Yang Diluar Nalar
- All New Honda Beat 2024, Spesifikasi & Harga OTR Launching Terbaru
- Ayo Ke FIFGROUP 35th LOCALICIOUS. Bisa Kulineran, Nonton Konser, dan Cari Kerja di Satu Tempat.
- Kini AHM Hadirkan Layanan Cek Rangka eSAF di AHASS Terdekat
- Perkakas Otomotif Unggulan Tekiro Tools Hadir Di GIIAS 2023
- Review Ban Motor Ascendo Mesh Max Di Honda BeAT
- Jajaran Motor Baru Honda Siap Ramaikan GIIAS 2023
- Owning Experience: 6 Tahun Suzuki GSX-S150 2017
Yang Mau Silahturahmi sama Admin kesini aja :
Email : imotorium@gmail.com
Twitter : @imotorium
Instagram : @imotorium
Facebook : Imotorium FP
aku kapan ya jalan-jalan ke Sumatera
https://ndesoedisi.com/2019/03/19/pulang-ke-cilacap-dengan-ka-serayu-malam/
mang nde padahal udah pernah
mantaap.. itu nggak ada free makannya ya dit?
bener sih kalau mengingat bus jogja-lampung yang di 300-400 ribu tanpa service makan, cuma dapat snack aja.. padahal jarak lebih dari 2 kali lipatnya..
bus sumatra semuanya makan bayar sendiri. harus pakai jurus supaya berhemat wkwkwkw
Telolet Mbah 😂 http://otofery.com/2019/03/21/mirip-aslinya-modifikasi-total-vixion-2009-tampil-ala-yamaha-m1/
ngebayangin aja, wes berasa capek om 😀
pegal di kaki sih, hehehe kalau capek malah rasanya capek naik bus yang perjalanannya cuma 6-7 jam dibanding yang perjalanan 3 hari. mungkin karena udah terbiasa kali ya pas trip kemarin itu.
Mantap om,,saya ngikutin semua ceritanya..