Transportasi Massal

Andalan Dan Satu – Satunya Moda Transportasi, Kereta Lori Peninggalan Jaman Belanda Desa Lebong Tandai Ini Kondisinya Memprihatinkan

imotorium.com – Menarik untuk disimak, dari pelosok Kabupaten Bengkulu Utara tepatnya di kecamatan Napal Putih, ada dahulu sebuah desa yang menjadi tambang emas andalan di masa kolonial, desa Lebong Tandai. Desa ini bukan sekedar perkampungan penambang biasa, dahulu pada masa penjajahan desa ini sempat dijuluki “Mini Batavia” dan konon emas yang dipakai di Monas saat ini diperoleh dari pertambangan di desa Lebong Tandai.

jembatan ini sudah ada sejak jaman kolonial

Secara geografis desa ini terletak di daerah pegunungan Bukit Barisan, tentu dengan topografi khas ala pegunungan, akses ke desa ini cukup sulit dilalui, bahkan hingga sekarang. Hanya sebuah jalur kereta kecil yang sering disebut Lori / Kereta Molek yang sering disebut oleh warga setempat. Molek ini merupakan akronim dari Motor Lori Ekspress, ya walau faktanya kereta lori ini ngga bisa dibilang ekspress, karena dalam sekali perjalanan bisa memakan waktu hingga 9 jam untuk melahap jalur sepanjang kurang lebih 35 kilometer

Bukan tanpa alasan, untuk jalur hanya “sedekat” 35 km bisa memakan waktu perjalanan hingga 9 jam, itu dikarenakan kondisi rel yang memprihatinkan. Dalam perjalanan sering kali kereta lori molek ini menemui masalah yaitu anjlok dari rel, kemudian rel yang patah, saat musim penghujan malah kru pengemudi molek ini harus standby dengan alat seperti cangkul karena sering kali jalurnya tertimbun tanah longsoran, dan di beberapa titik kereta ini harus melewati jembatan tua yang sudah dibangun lebih dari 1 abad yang lalu oleh kolonial belanda, harus ekstra hati – hati, sebab bila anjlok bisa saja kereta langsung terjun bebas ke jurang yang dalam.

beberapa kali terjadi kecelakaan, karena kondisi jalur yang sudah rusak

Kereta molek ini sendiri merupakan hasil kreatifitas warga di Napal Putih dan Lebong Tandai itu sendiri. dibuat dengan bahan body dari kayu dan frame besi, kereta lori mini ini ditenagai oleh mesin diesel berdaya 10 PK yang jamak kita temui juga sering digunakan sebagai mesin genset atau mesin pemompa air / sanchin yang sering digunakan di perkebunan.

 

Dahulu jalur ini sempat dilewati oleh lokomotif uap yang sama seperti ditemui di beberapa pabrik gula jaman kolonial di berbagai daerah Pulau Jawa, namun seiring waktu lokomotif tersebut sudah tidak dipergunakan lagi, begitu pula dengan tambang emasnya sudah ditinggalkan oleh perusahaan yang dahulu ada. Ada wacana oleh Pemprov Bengkulu untuk menghidupkan lagi tambang rakyat tradisional ini pada tahun 2006, namun sampai sekarang masih minim informasi mengenai progress dari wacana tersebut.

kalau ada kerusakan ya perbaiki sendiri. lihat struktur molek ini juga unik, rodanya memiliki wheelbase super pendek supaya mudah bermanuver di tikungan dan saat harus diputar balik
kalau sudah musim hujan jalurnya sering tertutup tanah, ini yang menyebabkan lori terangkat dan keluar dari relnya

Miris ya, sementara di berita saat ini pembangunan sarana dan prasarana sedang gembar -gembornya dilakukan, hampir di seluruh Indonesia, namun kok Kecamatan Napal Putih menuju desa Lebong Tandai bisa terlewatkan begitu saja, tidak dibangun jalan untuk akses kendaraan seperti mobil, atau ya dibangun lagi jalur relnya.. pastinya kemenhub bisa mengandalkan PT. Kereta Api Indonesia untuk hal ini.

Semoga saja (imt)

foto : google, wartakepri, travel kompas, jelajahhutan

imotorium

Pekerja kreatif, senang berkendara, fotografi, jalan - jalan dan penyayang. Thanks sudah sudi meluangkan waktu membaca disini, tinggalkan komentar supaya berkesan ya brosist, Semoga bermanfaat

3 thoughts on “Andalan Dan Satu – Satunya Moda Transportasi, Kereta Lori Peninggalan Jaman Belanda Desa Lebong Tandai Ini Kondisinya Memprihatinkan

Posting Komentarmu Disini

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.